Minggu, 13 November 2016

Tes pada dasarnya adalah suatu pengukuran yang obyektif dan standar terhadap sampel perilaku. Inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Menurut Husaini (1978) IQ (Intelligence Quotient) adalah nilai yang diperoleh dari perbandingan umur sebenarnya dikalikan seratus. Pendapat lain dikemukakan oleh Sukardi (1994), yang menyatakan bahwa IQ adalah suatu jenis tes psikologis yang khusus dipergunakan untuk mengukur taraf intelegensi/tingkat kecerdasan seseorang. Tes IQ (Intelligence Quotient) adalah sebuah cara sistematis untuk mengukur tingkat kecerdasan seseorang dengan memberikan pertanyan dan masalah yang telah disusun sedemikian rupa.
Tes IQ banyak digunakan oleh berbagai kalangan, misalnya dalam studi, perusahaan maupun perseorangan. Tes IQ yang biasa dilakukan adalah secara manual yang biasanya membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mengetahui hasil IQ. Namun, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
IQ dapat diukur dengan mengggunakan alat tes intelegensi standar yang mencakup kemampuan verbal dan non-verbal, termasuk memori, bahasa, problem solving, pemahaman konsep, persepsi, pengolahan infomasi, kemampuan berhitung dan kemampuan abstraksi. Ada beberapa macam tes IQ, diantaranya :

  1. Tes Stanford-Binet
  2. Tes Weschler
  3. CPM (Colour Progressive Matrices)
  4. APM (Advanced Progressive Matrices)
  5. SPM (Standard Progressive Matrices)
  6. Tes CFIT (Culture Fair Intelligence Test)


Tes IQ masih dilakukan secara manual dengan metode membacakan semua soal kepada peserta tes. Selain itu, hasil dari tes tersebut baru diketahui oleh peserta tes setelah beberapa hari karena harus diperiksa secara manual. Namun, saat ini sudah banyak peneliti yang mengembangkan tes IQ berbasis komputer yang tidak menghilangkan kaidah-kaidah psikologis. Tentunya dengan bantuan psikolog sebagai administrator. Dengan adanya bantuan komputer, tes IQ dapat dilakukan tanpa membacakan soal kepada peserta tes dan hasil dari tes tersebut dapat dilihat oleh peserta tes. Tes IQ pun dapat dikemas secara lebih menarik dan berwarna sehingga tidak menimbulkan kejenuhan bagi yang mengerjakan. Skoring pun dapat dilakukan secara lebih praktis dan cepat.

Referensi :
Husaini, M. (1978). Himpunan istilah psikologi. Jakarta: Mutiara
Sukardi, D. K. (1993). Bimbingan dan penyuluhan belajar di sekolah. Surabaya: Usaha Nasional

0 komentar :

Posting Komentar