Selasa, 19 Juli 2016



Assertive training atau latihan keterampilan sosial adalah adalah salah satu dari sekian banyak topik yang tergolong populer dalam terapi perilaku atau terapi behavioristik. Perilaku asertif adalah perilaku antar-perorangan atau interpersonal yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. menurut Christoff dan Kelly (dalam Gunarsa, 2007) terdapat tiga kategori perilaku asertif. yaitu :
  • Asertif penolakan, contohnya berani mengatakan maaf.
  • Asertif pujian. contohnya dapat mengekspresikan perasaan positif, seperti menghargai, menyukai, mencintai, dan bersyukur.
  • Asertif permintaan, contohnya dapat meminta tolong pada orang lain tanpa paksaan.
Menurut Albertti (dalam Gunarsa, 2007) assertive training adalah prosedur latihan yang diberikan kepada klien untuk melatih perilaku penyesuaian sosial melalui ekspersi diri dari perasaan, sikap, harapan, pendapat, dan haknya. Prosedurnya adalah :
  1. Latihan keterampilan (verbal dan nonverbal), seperti permainan, role play, dan umpan balik.
  2. Mengurangi kecemasan yang diperoleh secara langsung.
  3. Menstukur kembali aspek kognitif. 
 

Pada umumnya, teknik yang dilakukan untuk latihan asertif, berdasarkan pada prosedur belajar dalam diri seseorang yang perlu diubah, diperbaiki, dan diperbarui. Tujuan dari latihan asertif, agar individu belajar bagaimana mengganti suatu respon yang tidak sesuai, dengan respon baru yang sesuai. Latihan asertif menurut Corey (dalam Gunarsa, 2007) dapat bermanfaat untuk digunakan pada klien yang bermasalah dalam :
  • Tidak bisa mengekspresikan kemarahan atau perasaan tersinggung.
  • Mengalami kesulitan untuk mengatakan "tidak".
  • Terlalu halus dalam membiarkan orang yang ingin mengambil keuntungan.
  • Mengalami kesulitan untuk mengekspresikan afeksi dan respon lain yang positif.
  • Merasa tidak memiliki hak untuk mengekspresikan, pikiran, dan perasaannya.
Referensi :
Gunarsa, S.D. (2007). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia